Awalnya saya dan beberapa teman saya ingin pergi ke Bukit Telang, kami pergi menggunakan 2 motor, Saya dengan Aman dan Iqi dengan temannya. dengan berbekal nekat. karena di antara kami ber 4 tidak tahu jalan menuju ke bukitt itu sendiri, hanya bermodalkan alamat seadanya, Bukit telang, Desa sungai Jelai, Pelaihari begitulah salah satu caption foto di ig seseorang.
Kami awalnya janjian pergi pukul 2 WITA, tapi kebiasaan anak muda zaman kekinian yang ngaret kami baru berangkat dari Banjarbaru pukul 3. ngomongin soal waktu kayanya seperti itu ya, seandainya janjian jam sekian pasti baru ngumpulnya satu jam kemudian, belum lagi sekarang Rupiah melemah. Lah apa hubungannya? #Bodoamat
Kami sampai di kota pelaihari, dan memasuki Desa Sungai jelai setelah sebelumnya tersesat dan bertanya kepada beberapa warga di sekitar.
Kurang lebih 5Km bukit sudah nampak.
"Wih, leh uga" kata saya dalam hati
Tidak lama setelah hati saya berkata seperti itu, motor saya yang di nahkodai Aman berjalan tidak beraturan karena sebuah paku menancap di ban belakang motor saya.
Kami pun berhenti karena tak bisa melanjutkan perjalanan, saat itu saya hampir menyerah pikir saya mungkin lain kali batin saya.
Iqi dan Aman mencari tukang tambal ban yang paling dekat dan saya dan temannya iqi ( masih belum tau namanya. hehehe ) menunggu di pinggir jalan. kurang lebih 10 menit iqi datang seorang diri
"Tukang tambal ban di sini jauh lan, tapi kita bawa dulu ke warung yang terakhir kita lewati tadi, di sana ada yang bantu" Kata iqi
"Oh iya, yuk" Jawab saya
sekitar 500 meter terlihat warung dan aman duduk dengan seorang Bapak dan anaknya.
"Lepas di sini aja bannya, nanti di bawa ke tukang tambal ban" Kata bapak
"Tapi kami gak ada yang bisa lepas dengan baik pak" Kata saya kepada Bapak
"Oh nanti anak saya yang bantu lepasin dan bawa ke tukang tambal ban"
"Iya pak, makasih"
Setelah selesai melepas ban, anak Bapak dan aman pergi ke tempat tambal ban menggunakan motor Iqi, sementara kami menunggu di warung Bapak.
"Maaf pak merepotkan" kata saya
"Gak papa, biasa aja dek"
"di belakang sana ada pak?" kata teman Iqi setelah melihat beberapa anak menuju belakang rumah sang Bapak
"ada sungai, biasanya anak-anak maen di sana"
"Kami boleh ke sana?" Tanya iqi
"Iya, silakan. lewat sana dek" Kata bapak
Iqi, teman iqi sudah berdiri dan saya ikut berdiri.
"Yuk kata iqi" mengajak saya
"Mari pak kami ke belakang dulu" Saya basa-basi kepada bapak
"Iya"
Kebetulan sungainya tidak jauh kami pun melangkah beriringan, sementara pikiran saya tertuju pada Ban dan segera ingin pulang"
Kami sampai di tepi sungai, anak-anak kampung sedang asyik maen di sungai.
Bagus bukan pemandangannya? Hehe
Melihat mereka bercanda dan tertawa bersama adalah hal yang sangat menyenangkan bagi saya, itu semua mengingatkan tentang masa kecil saya sendiri dan sejenak melupakan tentang ban bocor hehe
Kata orang permainan terbaik adalah permainan yang tidak ada di playstore atau appstrore. Saya setuju dan sekarang saya sedang menyaksikannya.
"Kak nyebur kak, airnya dingin loh" kata salah seorang anak mengajak kami
"Gak ada buayanya kan dek?" Tanya teman Iqi
"Gak ada kak, aman."
"Mboh iya garang? (masa sih)" kata saya
"Nggih bujur nah (iya beneran)"
Tentu saja kami tidak mandi dan hanya ingin ngobrol-ngobrol lucu dengan mereka. Sambil menanyakan mereka apa memiliki seorang kakak perempuan yang cukup umur. IYKWIM
"Kita sempat gak ya naik ke puncak?" Tanya saya kepada Iqi sambil melihat ke arah jam tangan
"Sempat gak sempat harus sempat, udah hampir sampai ini" Semangat Iqi sedang membara seperti semangat orang baru pacaran, tapi besoknya putus.
"Iya"
Bercanda dengan anak-anak membuat waktu berjalan seakan lebih cepat, Seakan ada hikmah yang sangat mendalam dari bocornya sebuah ban. Mungkin ini yang dinamakan selalu ada keindahan di balik suatu kesusahan. Sebuah keindahan yang sudah Tuhan ciptakan di balik keindahan pemandangan bukit.
Kurang lebih 30 menit Aman datang itu artinya ban sudah ditambal dan doa saya saat itu semoga tidak terjadi hal yang sangat tidak diinginkan kembali,
Kami pun melanjutkan perjalanan, meskipun hanya bermodalkan penjelasan dari anak-anak di sungai, dan Alhamdulillah tersesat. Hehe
Setelah bertanya-tanya kepada orang yang sedang berkebun, akhirnya kami sampai di tempat di mana kendaraan bisa jalan.
Rencana ingin ke Bukit Telang gagal, karena bukitnya sedang terbakar hehe akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke bukit di sampingnya yaitu Bukit Lintang. Btw Bukit Lintang lebih dulu terkenal dari pada Bukit Telang.
Harusnya Judulnya gak pake "Bukit Telang!" Hahaha Gak penting judul yang lebih penting isi kan?
Dengan semangat yang ada kami naik dengan harapan sampai ke puncak, Adzan magrib menyambut kami berada di puncak, dan angin bertiup kencang.
Tidak lama di puncak kami pun turun, takut kemalaman dan tersesat lagi hahaha
Itulah sedikit cerita petualangan saya yang akan selalu saya kenang.
3 Komentar
Lah mana telangnya hahaha
Balasdi 2 foto terakhir mb hehe
BalasHAHA HEADERNYA BENER BANGET saya menyesal karena saya nyarinya bukit telang but it was entertaining!
Balas