Sabtu pagi saya
bersama ayah, ibu, julak, pergi ke kandangan untuk memenuhi hajatan kerabat
ayah yang berada di Kandangan lebih tepanya di Karangan. Iya ayah memang orang kandangan (kalo orang banjar menyebutnya, urang
hulu sungai), Karangan merupakan sebuah Kampung yang
terletak di Desa Amparaya, Kecamatan Simpur, Kota Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan selatan.
Dari Kota banjarmasin sendiri menuju Kandangan normalnya bisa ditempuh 4 jam menggunakan jalur darat.
Dari Kota banjarmasin sendiri menuju Kandangan normalnya bisa ditempuh 4 jam menggunakan jalur darat.
Sampai di kampung
halaman ayah, sebagaimana aruhan (hajatan) pada umumnya, orang-orang memenuhi ruangan rumah tuan rumah, rumah tetangga dan halaman sekitarnya,
ada yang sedang menyantap hidangan yang sudah disediakan, mengobrol yang berujung tawa dan saya hanya bengong diantara keramaian yang ada, bengong karena akan menghadapi malam minggu.
Padahal bukan karena itu, Tapi ada satu
pemandangan yang sangat membuat saya sangat tertarik,
saking tertariknya saya bengong, berdiam diri dan mematung. "Keren" kata saya dalam hati.
Di zaman sekarang yang serba mudah,
mau beli baju baru tinggal pesan online, mau makan tinggal pesan online, mau punya pacar ya tinggal cari lah.
Teknologi sekarang yang membuat mudah dan tidak repot. Karena kemudahan itulah rata-rata di daerah perkotaan setiap mau melakukan hajatan, orang-orang sekarang dengan kemudahannya tinggal memesan kepada restoran yang diinginkan dan tinggal menunggu karyawan
datang mengantar pesanan ke rumah. Atau yang menginginkan agar lebih tidak repot lagi, hanya tinggal menyewa gedung dan tidak harus membuat rumah berantakan (Tinggal keinginan dan budget).
Tetapi tidak
dengan kampung dimana ayah menghabiskan masa kecilnya itu, apabila satu rumah
melakukan hajatan maka satu kampung bergotong-royong untuk membantu yang punya
hajat mempersiapkan semuanya. Atau istilah banjarnya "Gawi sabumi". Ikatan sosial yang masih sangat erat, itu semua membuat saya kagum.
Dengan panci yang sangat besar dengan kayu bakar yang sudah siap, warga kampung bergotong royong, membuat makanan untuk dihidangkan dalam hajatan atau bahasa banjarnya mangawah.
Sebuah tradisi yang sangat jarang ditemui di daerah perkotaan, semoga budaya ini tetap ada dan tidak hilang di era canggihnya teknologi zaman sekarang.
0 Komentar