Seperti
hari-hari biasanya, zidni pagi-pagi harus pergi kesekolah. Dan sama seperti
biasa, hari itu zidni tidak terlalu bersemangat untuk kesekolah. Padahal itu
adalah hari pertamanya menjadi anak kelas 3 SMA. Zidni memang sangat tidak
menyukai yg namanya sekolah, bukan karena sekolah tidak menyukai zidni. Bagi
zidni sekolah cuma karena orang tuanya menyuruh sekolah, dan karena dapat uang
jajan tentunya.
Perjalanan
menuju sekolah dari rumah zidni jaraknya tidak terlalu jauh, dari rumah zidni
kesekolah itu kayak dari sekolah kerumah zidni, Ya seperti itu. Sekitar bisa
menghabiskan uang 1500 diwarnet, yap 30 menit.
Sebelum
bel berbunyi zidni sudah sampai sekolah, didepan sekolah dia sudah disambut
hangat oleh sahabat zidni, Bara. Nama lengkapnya Bara Muhammad Murni. Murni
adalah nama ayahnya yg laki-laki.
Bara
adalah teman zidni dari awal masuk SMA. Dan bara sudah paling mengenal dia dari
teman-teman lainnya. Bahkan melebihi teman satu bandnya. Bukan karnea apa.
Zidni memang tidak mempunyai band.
“Hei
zid gak kerasa ya kita sudah kelas 3” Kata bara.
“Iya bar. Satu tahun lagi kita lulus.. Gak tau
deh gimana hidup lu kalau gak ada kita udah gak barengan lagi”
“Paling
juga lu yg gak bisa hidup tanpa gue zid” Muka nya santai. Sesantai santainya
santai. Bahkan lebih santai lagi.
“Haha
kampret lu. Iyasih gue jadinya gak bisa hutang sama lu bar”
“Dasar
tukang pinjem.” Ucap zidni seadanya
“Haha.
Udah terima aja bar, yg penting kan lu tetap ganteng. Zidni melakukan trik
*cara bikin orang lupa sama hutang yg zidni cari diartikel diinternet.
“Haha
iya zidni sahabat ku tercinta”
Zidni
mengatkan kedua tangannya seperti orang yg sedang berdoa
“Jauhkanlah
hamba dari godaan homo yg terkutuk ini Ya Allah”
Bara
hanya ketawa sambil memukul belakang zidni, lebih tepatnya hanya memukul tas yg
zidni sandang. Niat bara ingin memukul motor zidni tapi dia urungkan karena
zidni tidak menyandang motor.
Bel
berbunyi.. Membuat dua orang makhluk tuhan itu harus menghentikan pembicaraan
mereka dan harus masuk kelas.
Saat
dalam perjalanan menuju kelas..
“Kelas
baru semangat baru” ucap bara antusias sambil berjlan kekelas yg bertuliskan
XII IPA 3
“Gak
sih bar, biasa aja tuh bagi gue. Sekolah itu enaknya cuma satu. Dikasih jajan”
“Kalo
lu punya pacar pasti ada semangat tersendiri bar. Percaya deh” muka bara begitu
seriusnya. Melebihi keseriusan ibu ani ngomen foto di isntagram.
“Gue
gak mau pacaran bukan karena ya belum ada yg menarik aja bar” jawab zidni
sambil berjalan pelan
“Dari
kelas satu sampai sekarang alasan lu Cuma itu doang zid. Gak ada yg lain lagi
apa?”
“Ada
sih tapi lu gak usah tahu lah. Cukup gue, Tuhan dan satpam komplek gue aja yg
tau, eh lu masih kan sama nina?” Tanyar zidni kepada bara
“Iyalah
masih. Bulan depan kami 2 tahunan”
“Wahhh,
kasian nina nay yah. Punya pacar kek elu, playboy gak punya cap. Alias Kw”
Mereka
ketawa lagi, Bara memang selalu ketawa bila sedang bersama dengan zidni.
Tawa
mereka tiba-tiba saja terhenti setlah mendengar suara perempuan dari belakang
“maap
mau nanya. Kelas XII IPA 1 dimana ya?” Tanya seorang wanita yg menurut mereka
asing.
“aku
anak baru disini soalnya, Oh iya namau tika.” Sambungnya
“Namaku zidni.”
Sementara
bara hanya memantung, mungkin karena terlalu terpesona dengan kecantikan cewek
baru itu, tika.
“Ini
teman ku bara” lanjut zidni
“Oh
iya kelas XII IPA 1 dimana ya?”
“Disana”
Zidni sambil menunjuk kearah selatan bumi dengaan 80 derajat dan kemiringan
115, atau arah jam 2.
“Makasih
ya” kata cewek berambut panjang dan berkulit putih itu.
Tika
menuju kelas yg sudah ditunjukan zidni tadi, sementara bara masih mematung.
“Woy.
Ayok kekelas. Melamun doang lu nyet”
“Sialan
lu zid, gue lagi mengyahal tuh cewek tau”
“Lu
mau sama dia? Gue mah cewek gituan dibawah selera gue bar”
“Tapi
kenapa lu salaman sama dia. Sok-sok keren lagi” Tanya bara heran
“Gak
tau juga, ya pengen aja. Tapi pokok nya dia bukan selera gue, ayok ah sudah
kita kekelas”
“Ok”
Dua
manusia yg tuhan ciptakan inipun menuju kelas mereka...
Hari
itu sebetulnya belum ada pelajaran masih belum aktif ya maklum lah hari pertama
tahun ajaran baru, siswa-siswi disekolah hanya disibukkan dengan memilih ketua
kelas dan lain-lain. Zidni saat itu tidak terlalu memikirkan kesibukkan
dikelas.. Zidni lebih ingin mengingat pertemeuannya dengan seorang cewe,
cantik, tinggi, putih, satu kata yg bisa menggambarkan seorang tika yairu
“Sempurna” Bahasa indonesianya andra and the backbound.
Hayalan
zidni membawa ia kembali kewaktu beberapa menit silam, dimana dia memegang
tangan cewe. Terakhir kali zidni megang tangan cewe mungkin sebulan yg lalu.
Itupun pas beli gorengan mau beri uang. Gak sengaja lagi. HA
Malaikat
putih yg ada dalam diri zidni berkata :
Sudah
zidni, beriah ia kasih sayang, cinta, perasaan, bahagiaan dia, terlalu bego
jika kamu tidak memacari dan membahagiakannya.
Setan
merah pun membalas :
Udah
zid, anu, dianu aja, abis itu anu, anu, anu lagi, anu dan anu.
Begitulah
setan-setan yg ada didalam diri zidni bergantian sampai riko mengagetinnya.
“WOYYY!
Ngelamun aja pagi-pagi”
“Sialan
lu, ngagetin aja, enak-enaknya gue lagi ngelamun, lu kagetin aja”.
“Ngelamunin
apa sih?” Tanya riko penasaran
“Ngelamunin
lu mandi” Jawab zidni sambil berjalan menuju keluar kelas
“Astagfirullah
zidni ilma iiiii”
Kelas
masih disibukkan dengan pembagian struktur.
“Mau
kemana lu zid” mery yg memimpin pemabgian struktur bertanya
“Ke
wc bentar”
“Oh.”
Zidni
memang sering kalo merasa bosan dikelas, dia pergi kewc, kantin, kalo pelajaran
guru yg membosankan zidni bisa ke UKS sekolah.
Sampai
di wc, karena wc lagi sepi. Tidak ada orang yang ingin pipis atau sekedar
menghindari kebosanan didalam kelas. Hanya zidni sendiri seorang. Langsung lah
dia masuk dan mengunci dari dalam, kalo dari luar aneh jadi nya.
Didalam
wc zidni pipis sambil berharap setelah dia keluar dari wc bisa bertemu atau
sekedar melihat tika, entah apa yang ada dalam perasaan zidni saat itu, yang
jelas ia hanya menginginkan seorang tika. Aneh pikirnya, apa ini cinta
pandangan pertama? Oh tuhan dalam seumur hidupku baru kali ini saya
merasakannya.
Jantung
zidni berdetak lebih kencang, napasnya tak beraturan, bahkan dia pipis tinjanya
kemana-mana, karena dia bersin.
Zidni
masih dalam wc...
“Apa
gue harus cerita ke bara” Ucapnya dalam hati
“Ngga
mungkin, nanti terjadi yg tidak-tidak. Mungkin ini bukan cinta pada pandangan
pertama, paling gue hanya mengauminya saja, tidak lebih.
Zidni
sudah pipis dan menghilangkan kebosananya dikelas, zidni pun kembali kekelas.
Dan berharap bertemu atau melihat tika dijalan.
Dan
sampai kedepan kelasnya zidni tak menemukan bahkan melihat tika lagi..
“SIAL,
kenapa gue selalu memikirkannya.”
Otak
dan hati zidni bertengkar, otak kalah dan hati menang.
Kelas
sudah selesai dengan kesibukannya, guru masih belum meberikan pelajaran. hari
itu guru memutuskan memulangkan siswanya, sebelum jam sekolah normal biasanya.
Ada
yg memutuskan langsung pulang kerumah, ada yg masih duduk dimuka kelas, ada yg
masih dalam kelas, ada juga yg ketiganya. Zidni saat itu sedang bingung mau
kemana. Memilih pulang kerumah untuk dia rasa bukan pilihan yg tepat, Ngapain
juga dirumah ucapnya, nongkrong disekolah saja apalagi.
Untung
saja ada bara, bara bagaikan malaikat putih yg menyinari zidni, seperti ibu
peri disiang bolong. Bukan, tapi seperti ah sudahlah...
*BERSAMBUNG*
0 Komentar