Bendera Setengah Tiang

Foto : Gugel
Foto : google.com
Setiap hari senin, kewajiban siswa atau siswi adalah melaksanakan upacara atau apel senin. Ritual setiap senin pagi itu selain dilakukan untuk mengenang jasa pahlawan yang sudah berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan sebagian lainya menjadikannya ajang melatih kreatifitas ya dengan cara pura-pura sakit agar bisa duduk-duduk santai di tempat teduh atau tiduran di UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Iya terkadang kreatif dan licik beda tipis.

Dan seiap kali upacara, maka haruslah ada yang mengibarkan sang Bendera merah putih, Lalu apa jadinya jika yang menjadi petugas tidak bisa menjalankannya dengan baik?
Yang pertama malu dan yang kedua pura-pura amnesia.

Jadi ceritanya begini, sebelumnya siapin tisu bagi yang punya, karena ceritanya akan sangat biasa saja :

Waktu itu gue kelas XI, bagi gue sendiri kelas XI adalah kelas paling gokil pada zaman SMA, karena pada kelas itu jumlah muridnya ada 32 orang. menurut lo ga nyambung? coba gue rumuskan :

Gokil = 5 Murid = 33.
Angka sama-sama Ganjil.
5 + 33 = 38
38 ; 2 = 19

Murid-murid Gokil Abis = 19.

Semoga cukup menjawab rasa penasaran kalian.


Jadi, Kelas gue mendapat giliran untuk menjadi Petugas Upacara senin, nah gue ditunjuk wali kelas gue menjadi pengibar bendera, kalo istilah kerennya gue ga tau tapi tugasnya mengibarkan Bendera Merah Putih di ujung tiang bersamaan dengan selesainya Lagu Indonesia Raya.

Sebelum Upacara Seninnya benar-benar dilakuin, gue beserta kawan-kawan sepenanggungan gue latihan 2 kali untuk pemantapan. Latihan berjalan dengan baik dan lancar. Persiapanpun dianggap sudah matang. Tibalah hari Senin yang tak akan terlupakan. Semua murid dari kelas X sampai XII sudah baris dilapangan, Seperti biasa matahari bersinar dengan gagahnya membuat cucuran ketiak mengeluarkan keringatnya.

Giliran gue saatnnya tiba, saat itu Petugas pengibar bendera hanya 3 orang. Gue, Teman gue dan Temannya teman gue yang juga teman gue.

"Siap grak" Kata Teman gue yang saat itu menjadi pemberi instruksi
"Luruskan"
"Jalan di tempat grak"
 "Maju jalan"

Gue pun mengikuti instruksi dengan keringat yang masih membasahi ketiak. Meskipun ketiak gue basah tapi gue tidak memiliki firasat buruk apapun saat itu.
Sampailah di depan tiang bendera yang gue pun gak pernah tau tingginya berapa dan siapa pembuatnya.
Benderapun dikaitkan pada pengaitnya dan "Bendera siap" kata Temannya teman gue yang juga teman gue dengan lantangnya.

Lagu Indonesia Raya pun sudah berdengung, Murid yang lain tangannya sudah di ujung kening masing-masing yang sebelumnya diinstruksikan Pemimpin Upacara.

Bendera sudah sampai setengah perjalanan, namun apa yang terjadi. Benderanya macet atau ga bisa dinaikkan lagi, Teman gue yang mendapat tugas narik tali dan gue yang ngulur talinya. Tarik ulur pun terjadi hanya sampai pertengah tiang.
Gue pun panik, Lagu pun terus berjalan, Murid-murid mulai berisik melihat kejadian yang sangat jarang terjadi di hadapan mereka. Pembina Upacarapun mulai gelisah sambil ngelirik kami bertiga.
Ya Tuhan salah apa gue saat itu.

Gue panik, gue kasih kode teman gue ada apa yang terjadi, Teman gue juga panik. Rasanya gue pengen buka baju dan manjat aja Pembina Upacaranya tiangnya kaya acara 17an tapi karena gue ga tau yang buat tiang bendera siapa jadi gue urungkan niatan itu.

Gue tarik-tarik tali gue juga ga ngaruh, gue putar-putar talinya tetap macet sampai pada akeehir lagu dan Benderanya masih di situ-situ aja. kami bertiga hening, sampai ada kode dari guru-guru buat menyudahi kegiatan kami bertiga yang ga tau tujuannya apa menaikkan bendera hanya setengah tiang.

Kami bertiga kembali ketempat dengan rasa tidak bersalah sama sekali. Murid-murid memperbincangkan kami dengan melirik kami sambil melihat bendera yang berkibar pas pertengahan tiang doang.
Sampai di tempat semula gue gugup, kami bertiga diam seribu bahasa, seolah-olah ingin saat itu juga pergi dari Bumi, membuat kehidupan sendiri di Planet lain dan bahagia selamanya.

Waktu berjalan terasa sangat lama, ketiak makin lama makin basah. gue masih mencari-cari alasan kenapa kami menaikkannya hanya setengah tiang.

Dan saat itu gue mendapat 2 simpulan jawaban yaitu :
1. 'Nenek moyang kami bertiga sudah lama banget meninggal, tapi kami baru mendapat kesempatan untuk berkabung sekarang.'
2. Air Galon di rumah kami sudah habis

Dan pada akhirnya akhirnya Upacara seninnya selesai, Murid semua kembali ke kelas masing-masing, Tiang dan Benderanya langsung dibenerin oleh Satpam sekolah dan dinaikin sampe pucuk, gue pun berlekas pergi ke kelas dengan jurus seribu bayangan.
Dan you know lah apa yang terjadi di kelas. Gue, Teman gue dan Temannya teman gue yang juga teman gue akan menjadi topik hangat dalam satu minggu ke depan. Heuheu


Previous
Next Post »
0 Komentar